[diambil dari milis Metamorphe]
Question:
Dear rekan-2 terkasih,
Saya sedang mempelajari dan mendalami kembali topik mengenai Persembahan Persepuluhan. Karena hal ini diajarkan oleh orang-tua saya dan saya praktekkan
sampai hari ini. Saya bertumbuh dan berasal dari gereja Injili/Presbyterian .
Namun.., belakangan saya agak "terganggu" dengan pandangan yang mengatakan bahwa dalam pandangan teologi Reformed dan gereja-2 Presbyterian, Persembahan Persepuluhan bukanlah prinsip yang dianut.
Adakah rekan-2 yang bisa membantu mengklarifikasi, apakah dalam view Teologi Reformed, Persepuluhan masih dianjurkan atau tidak?
Sebelumnya terima-kasih untuk bantuan rekan-2.
Yang sedang belajar kembali,
G.G.
= = = = =
Answer:
Dear Sdr. Gabriel, beloved netters in Christ,
Tampaknya memang ada perbedaan dalam pemikiran orang2 yang menganut pandangan Theologi Reformed.
Kecenderungan dari Luther adalah bahwa orang yang sudah menerima dan percaya Injil akan ditanamkan dari dalam hatinya roh yang baru, dan inilah yang menjadi dasar baginya untuk mengerti apa yang benar apa yang salah, apa yang dikehendaki Tuhan. Luther sangat kritis dengan bentuk2 taurat baru (karena itu dianggap berpotensi mengancam doktrin sola fide).
Sementara Zwingli, selama masa pelayanannya di Zürich, di dalam khotbahnya pernah mengritik praktek perpuluhan yang dilakukan secara rutin oleh para petani (mewakili kaum yang sederhana) dan diserahkan ke biara2. Ini berkait dengan kritiknya kepada para biarawan yang hidup seperti kurang kerjaan dan hidup bersenang-senang. Kritik ini ditanggapi positif terutama oleh pejabat2 di kota Zürich (ini bisa menjadi bahan diskusi yang menarik karena di sini kita menyaksikan bahwa kritik Zwingli sangat kontekstual, maksudnya berkait dengan banyak aspek yang perlu diperhatikan) .
Calvin, melihat kesulitan dalam theologi Luther yang cenderung berhenti pada penggunaan hukum Taurat yang berfungsi 'hanya' menyadarkan orang akan ketidakberdayaannya untuk taat dan karena itu dengan rendah hati mengharapkan sepenuhnya pengampunan dalam Injil Kristus.
Bagi Calvin, orang kristen pun tidak lepas dari hukum. Setelah percaya kepada Injil, orang kristen dikembalikan kepada hukum Taurat, namun tentunya bukan untuk mendapatkan keselamatan (keselamatan hanya karena anugerah) melainkan dalam spirit menaati hukum bukan sebagai budak, melainkan sebagai anak yg taat kepada BapaNya di dalam roh kasih karunia.
Nah, sekarang yang menjadi persoalan adalah: hukum Taurat yang mana yang masih berlaku bagi orang kristen dan yang mana yang hanya diterapkan bagi orang Yahudi? Yang mana yang dihapuskan setelah kedatangan Kristus, yang mana yang tetap berlaku?
Dalam kerangka theologi Calvin yang sangat menekankan the third (educational) use of the law (yaitu hukum bagi orang percaya setelah menerima Injil, dan bukan hanya sebelum seperti diajarkan oleh Luther) tidak sulit untuk menerima pandangan bahwa perpuluhan bagi Calvin tetap berlaku bagi orang percaya.
Meskipun dalam his commentary on Mt 23:23 (bisa dibaca di http://www.ccel. org/ccel/ calvin/calcom33. ii.xii.html) ada kalimat seperti "they ought rather to have begun with the principal points; for tithes were only a kind of appendage", dari kalimat selanjutnya jelas bahwa bagi Calvin perpuluhan termasuk perintah Allah (meskipun secara urutannya adalah lebih belakang dan bukan yang paling utama):
"Christ therefore affirms that he has no intention to lessen the authority even of the smallest commandments, though he recommends and demands due order in keeping the Law. It is therefore our duty to preserve entire the whole Law, which cannot be violated in any part without contempt for its Author; for He who has forbidden us to commit adultery, and to kill, and to steal, has likewise condemned all impure desire. Hence we conclude that all the commandments are so interwoven with each other, that we have no right to detach one of them from the rest." (Comm. on Matt. 23:23)
Bagi saya pribadi, memang benar bahwa perkataan Yesus dalam Mat 23:23 itu bukan perintah melainkan deskripsi, namun di sisi yang lain kita juga bisa berargumen bahwa dengan deskripsi itu Yesus juga tidak mengatakan bahwa perpuluhan tidak perlu lagi dan sudah digantikan oleh "keadilan, belas kasihan dan kesetiaan". Justru kita bisa mengerti bahwa perpuluhan adalah satu penyataan atau ekspresi iman yang sederhana bahwa di hadapan Tuhan orang yg melakukan hal ini belajar untuk menjalankan kesetiaan seperti diperintahkan oleh Firman Tuhan.
Sekarang ada satu perspektif lagi yang bagi saya juga penting untuk diperhatikan yaitu bukan dalam persoalan theological correctness, tapi dari sisi motivasi. Apa motivasi kita ketika kita percaya bahwa perpuluhan tidak perlu lagi bagi orang kristen dan hanya berlaku bagi orang Yahudi di Perjanjian Lama? Jangan2 theologi di sini sudah demikian corrupted sehingga menjadi sarana yang sudah diperalat untuk mendukung keegoisan pribadi.
Bagi saya pribadi, angka 10% memang tidak mutlak, maksudnya boleh 20%, 30% etc (tapi kalau 1% ya kita sebaiknya merenungkan lagi apa yang Yesus lakukan bagi kita di kayu salib :). God bless us all.
Love and pray,
Billy Kristanto
Question:
Dear rekan-2 terkasih,
Saya sedang mempelajari dan mendalami kembali topik mengenai Persembahan Persepuluhan. Karena hal ini diajarkan oleh orang-tua saya dan saya praktekkan
sampai hari ini. Saya bertumbuh dan berasal dari gereja Injili/Presbyterian .
Namun.., belakangan saya agak "terganggu" dengan pandangan yang mengatakan bahwa dalam pandangan teologi Reformed dan gereja-2 Presbyterian, Persembahan Persepuluhan bukanlah prinsip yang dianut.
Adakah rekan-2 yang bisa membantu mengklarifikasi, apakah dalam view Teologi Reformed, Persepuluhan masih dianjurkan atau tidak?
Sebelumnya terima-kasih untuk bantuan rekan-2.
Yang sedang belajar kembali,
G.G.
= = = = =
Answer:
Dear Sdr. Gabriel, beloved netters in Christ,
Tampaknya memang ada perbedaan dalam pemikiran orang2 yang menganut pandangan Theologi Reformed.
Kecenderungan dari Luther adalah bahwa orang yang sudah menerima dan percaya Injil akan ditanamkan dari dalam hatinya roh yang baru, dan inilah yang menjadi dasar baginya untuk mengerti apa yang benar apa yang salah, apa yang dikehendaki Tuhan. Luther sangat kritis dengan bentuk2 taurat baru (karena itu dianggap berpotensi mengancam doktrin sola fide).
Sementara Zwingli, selama masa pelayanannya di Zürich, di dalam khotbahnya pernah mengritik praktek perpuluhan yang dilakukan secara rutin oleh para petani (mewakili kaum yang sederhana) dan diserahkan ke biara2. Ini berkait dengan kritiknya kepada para biarawan yang hidup seperti kurang kerjaan dan hidup bersenang-senang. Kritik ini ditanggapi positif terutama oleh pejabat2 di kota Zürich (ini bisa menjadi bahan diskusi yang menarik karena di sini kita menyaksikan bahwa kritik Zwingli sangat kontekstual, maksudnya berkait dengan banyak aspek yang perlu diperhatikan) .
Calvin, melihat kesulitan dalam theologi Luther yang cenderung berhenti pada penggunaan hukum Taurat yang berfungsi 'hanya' menyadarkan orang akan ketidakberdayaannya untuk taat dan karena itu dengan rendah hati mengharapkan sepenuhnya pengampunan dalam Injil Kristus.
Bagi Calvin, orang kristen pun tidak lepas dari hukum. Setelah percaya kepada Injil, orang kristen dikembalikan kepada hukum Taurat, namun tentunya bukan untuk mendapatkan keselamatan (keselamatan hanya karena anugerah) melainkan dalam spirit menaati hukum bukan sebagai budak, melainkan sebagai anak yg taat kepada BapaNya di dalam roh kasih karunia.
Nah, sekarang yang menjadi persoalan adalah: hukum Taurat yang mana yang masih berlaku bagi orang kristen dan yang mana yang hanya diterapkan bagi orang Yahudi? Yang mana yang dihapuskan setelah kedatangan Kristus, yang mana yang tetap berlaku?
Dalam kerangka theologi Calvin yang sangat menekankan the third (educational) use of the law (yaitu hukum bagi orang percaya setelah menerima Injil, dan bukan hanya sebelum seperti diajarkan oleh Luther) tidak sulit untuk menerima pandangan bahwa perpuluhan bagi Calvin tetap berlaku bagi orang percaya.
Meskipun dalam his commentary on Mt 23:23 (bisa dibaca di http://www.ccel. org/ccel/ calvin/calcom33. ii.xii.html) ada kalimat seperti "they ought rather to have begun with the principal points; for tithes were only a kind of appendage", dari kalimat selanjutnya jelas bahwa bagi Calvin perpuluhan termasuk perintah Allah (meskipun secara urutannya adalah lebih belakang dan bukan yang paling utama):
"Christ therefore affirms that he has no intention to lessen the authority even of the smallest commandments, though he recommends and demands due order in keeping the Law. It is therefore our duty to preserve entire the whole Law, which cannot be violated in any part without contempt for its Author; for He who has forbidden us to commit adultery, and to kill, and to steal, has likewise condemned all impure desire. Hence we conclude that all the commandments are so interwoven with each other, that we have no right to detach one of them from the rest." (Comm. on Matt. 23:23)
Bagi saya pribadi, memang benar bahwa perkataan Yesus dalam Mat 23:23 itu bukan perintah melainkan deskripsi, namun di sisi yang lain kita juga bisa berargumen bahwa dengan deskripsi itu Yesus juga tidak mengatakan bahwa perpuluhan tidak perlu lagi dan sudah digantikan oleh "keadilan, belas kasihan dan kesetiaan". Justru kita bisa mengerti bahwa perpuluhan adalah satu penyataan atau ekspresi iman yang sederhana bahwa di hadapan Tuhan orang yg melakukan hal ini belajar untuk menjalankan kesetiaan seperti diperintahkan oleh Firman Tuhan.
Sekarang ada satu perspektif lagi yang bagi saya juga penting untuk diperhatikan yaitu bukan dalam persoalan theological correctness, tapi dari sisi motivasi. Apa motivasi kita ketika kita percaya bahwa perpuluhan tidak perlu lagi bagi orang kristen dan hanya berlaku bagi orang Yahudi di Perjanjian Lama? Jangan2 theologi di sini sudah demikian corrupted sehingga menjadi sarana yang sudah diperalat untuk mendukung keegoisan pribadi.
Atas nama "Theologi Reformed saya tidak memberikan perpuluhan!" atau bahkan "atas nama Alkitab (yang tidak memerintahkan saya untuk memberikan perpuluhan) saya tidak memberi perpuluhan!"
Bagi saya, orang kristen seperti ini ironis dan mendukakan Tuhan. Perenungan saya sederhana saja (terlepas dari perdebatan Luther, Zwingli atau Calvin di atas): jika orang di jaman Perjanjian Lama saja tahu menghargai anugerah Tuhan dengan mengembalikan kepada Tuhan sebagian (kecil!) apa yang mereka miliki, masakan kita yang hidup dalam jaman post Perjanjian Baru lebih tidak mengerti apa itu anugerah? Sulit bagi kita untuk mencerna pengertian theologi anugerah (seperti yang sangat jelas dinyatakan dalam Perjanjian Baru) yang tidak berkait dengan hidup yang memberi (termasuk memberi dalam keuangan, bukan hanya tenaga, bakat dan waktu).Bagi saya pribadi, angka 10% memang tidak mutlak, maksudnya boleh 20%, 30% etc (tapi kalau 1% ya kita sebaiknya merenungkan lagi apa yang Yesus lakukan bagi kita di kayu salib :). God bless us all.
Love and pray,
Billy Kristanto
= http://www.grii. de =
=================================================================================
=================================================================================
0 comments:
Post a Comment